Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Karya Keempat-Tantangan 41 Hari Menulis

Gambar
Raja Penyair Zaman Pujangga Baru Menanggalkan Puisi Cinta di Jawa (Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetra) Oleh Pepinesthi Pemilik nama lengkap Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poeta, lahir di Tanjung Pura, 28 Februari 1911. Pria bangsawan ini mempunyai nama pena Amir Hamzaah, masa kecilnya dihabiskan di daerah Langkat tempat ayahnya menjabat. Putra Bungsu dari Wakil Sultan Tengkoe Mohammad Adil dengan Istri ketiganya yang bernama Tengkoe Mahjiwa ini sangat cerdas, santun, dan tanggap. Meskipun, lahir menjadi anak seorang bangsawan watak sombongnya terkikis habis oleh sikap rendah hati. Karena kearifannya Amir Hamzah menjadi kesayangan semua orang di Langkat. Semasa kecil dididikan agama menjadi sebuah prinsip nomor satu sebagai kewajiban muslim yang taat dalam mendidik anak. Menjadi seorang muslim yang taat tidak mengekangnya untuk mempelajari beberapa hal tentang pengetahuan kristen. Menurut Amir Hamzah perbedaan adalah fenomena cinta yang sangat indah, cinta akan mun...

Hari Ketiga-Tantangan 41 Hari Menulis

Gambar
Soe Hok Djin: Politik Bergeming Mahasiswa Angkat Bicara Oleh Pepinesthi Arief Budiman begitu pria kelahiran Jakarta, 3 Januari 1941 berganti nama setelah menjadi seorang mualaf. Pemilik nama asli Soe Hok Djin ini adalah seorang aktivis angkatan ’66 yang sangat kritis menanggapi masa orde baru. Beliau adalah saudara laki-laki dari Soe Hok Gie yang sama-sama aktif mengkritisi politik di Indonesia ketika masih menjadi mahasiswa aktif Universitas Indonesia. Menurutnya menjadi seorang mahasiswa harus bisa menyuarakan suara rakyat. Beberapa kritikan tentang praktik demokrasi pada tahun 1992. Seperti yang dikutip dalam buku Adam Schwarz, A Nation in Writing (1994) bahwa, demokrasi pertama disebut sebagai demokrasi pinjaman sehingga siapapun tidak bisa memberi/menerima kritik. Pada dasarnya demokrasi adalah orang-orang dapat mengekspresikan pendapat mereka dengan bebas. Namun, saat ini negara berpikir bahwa kritik akan pergi jauh dan demokrasi pinjaman itu akan kembali berkuasa. Rakyat...

Karya kedua-Tantangan 41 Hari Menulis

Gambar
Sepucuk Surat untuk Pramoedya Ananta Mastoer Kisah Dibalik Jeruji: Sebuah Pena Pemberontak Oleh Pepinesthi Sejarah telah mencatatat Sang Maestro kata menjadi sastrawan yang sangat produktif. Pria kelahiran Blora, Jawa Tengah, 06 Februari 1925 ini, melukiskan kata dengan sastra-sastra kolot berupa karya fiksi. Lebih dari 50 karyanya diterjemahkan dalam 41 Bahasa Asing. Pramoedya Ananta Toer, begitu banyak orang menyeru namanya saat ini. Beliau lahir sebagai anak sulung dari soerang Ayah yang berprofesi sebagai guru dan Ibu sebagai pedagang nasi. Pemilik nama asli Pramoedya Ananta Mastoer ini, menghilangkan sepenggal kata “Mas” dalam namanya yang dirasa terlalu aristokratik. Pram menempuh pendidikan pada sekolah kejuruan Radio di Surabaya. Karena sebagai anak sulung, membantu biaya sekolah adik-adiknya adalah suatu keharusan dan tanggungjawab. Guna menopang biaya kehidupan keluarga, Beliau bekerja sebagai juru ketik di salah satu surat kabar di Jakarta milik pemerintah Jep...

Karya Pertama-Tantangan 41 Hari Menulis

Gambar
Taufik Ismail: Sastrawan Lugas Pemilik Sajak Pedas Oleh Pepinesthi        Seorang sastrawan Indonesia berwajah lembut, namun tegas dan kritis. Sajak-sajak yang dibuat ditujukan untuk generasi penerus bangsa agar tidak menjadi seorang pengecut. Pria kelahiran Bukit Tinggi, 25 Juni 1935 ini bernama Taufik Ismail. Lahir dari seorang ayah yang berprofesi sebagai wartawan dan ibunya seorang guru. Taufik Ismail dididik di antara orang-orang melek pendidikan, bukan suatu hal yang mengejudkan ketika Sang Sastrawan ini mendapat beasiswa Amerika Field Service International School (1956-1957).  Masa kecil Taufik Ismail dihabiskan di Pekalongan sampai lulus Sekolah Dasar. Setelah lulus Beliau kembali lagi ke Bukit Tinggi. Kondisi politik pada saat itu membuat keluarga kecil Taufik hidup nomaden. Ketika di Bukit Tinggi terjadi suatu permasalahan terkait dengan pengasingan Mohammad Hatta, mereka pindah ke daerah Bogor dan menganyam pendidikan SMA di sana. Tidak berakhi...