Karya Keempat-Tantangan 41 Hari Menulis
Raja Penyair Zaman Pujangga Baru Menanggalkan Puisi Cinta di Jawa
(Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetra)
Oleh Pepinesthi
Pemilik nama lengkap Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poeta, lahir di Tanjung Pura, 28 Februari 1911. Pria bangsawan ini mempunyai nama pena Amir Hamzaah, masa kecilnya dihabiskan di daerah Langkat tempat ayahnya menjabat. Putra Bungsu dari Wakil Sultan Tengkoe Mohammad Adil dengan Istri ketiganya yang bernama Tengkoe Mahjiwa ini sangat cerdas, santun, dan tanggap. Meskipun, lahir menjadi anak seorang bangsawan watak sombongnya terkikis habis oleh sikap rendah hati. Karena kearifannya Amir Hamzah menjadi kesayangan semua orang di Langkat. Semasa kecil dididikan agama menjadi sebuah prinsip nomor satu sebagai kewajiban muslim yang taat dalam mendidik anak. Menjadi seorang muslim yang taat tidak mengekangnya untuk mempelajari beberapa hal tentang pengetahuan kristen. Menurut Amir Hamzah perbedaan adalah fenomena cinta yang sangat indah, cinta akan muncul dari sebuah perbedaan untuk menyatukan, saling mengisi, dan menyempurnakan.
Usai tamat sekolah dasar Amir melanjutkan bersekolah di Chistelijk Mulo Menjangan, Medan. Sang Raja penyair sangat menyukai hal baru termasuk pemikiran-pemikiran baru dari kawan-kawannya. Setelah lulus kemudian Beliau melanjutkan pendidikannya di Jawa tepatnya di Algemene Middlebare School, Surakarta. Hidup dalam perbedaan dan menjadi minoritas sudah bukan hal yang asing bagi seorang Amir Hamzah. Setelah masuk sekolah di Surakarta, Amir mulai tergabung dalam gerakan-gerakan nasionalis dan jatuh cinta kepada seorang gadis bernama Ilik Soendari, putri dari Raden Mas Koesoemodihardjo. Beliau sangat senang sekali mempelajari sastra timur, melayu, dan sastra Jawa. Secara diam-diam menurut kawan sekosnya dulu Amir merupakan anak yang rajin, ramah, dan teliti. Belenggu Belanda saat itu tidak membuat Amir Hamzah hanya berdiam diri saja. Beliau membuat tekad dengan mengikuti gerakan nasionalis dan bergabung dengan organisasi Jong Sumatra membentuk satu suara untuk meruntuhkan kolonial. Aktivitas tersebut dilanjutkan saat Beliau sedang menempuh studi di Batavia jurusan hukum.
Beberapa karya yang tertanggal ketika masih berada di Langkat. Kini, Amir sudah mulai memberanikan diri untuk menulis beberapa sajak yang mempunyai tema cinta dan agama. Banyak puisi yang ditulisnya berisi tentang konflik batin terhadap cintanya yang tertanggal di Pulau Jawa. Pilihan kata yang digunakan menggunakan perpaduan antara Bahasa Melayu dan Bahasa Jawa. Amir Hamzah merupakan salah satu penyair yang menggunakan aliran simbolisme. Untuk menganalisis karyanya haruslah meraba waktu Beliau menuliskannya. Kondisi pereokonomian keluarga sempat goyah ketika sang ibunda meninggal dunia pada tahun 1931. Hubungannya dengan Soendaripun sedikit renggang karena letak Surakarta dan Batavia cukup jauh. Pada pertengahan 1933 Amir dipanggil untuk pulang, karena terikat janji oleh Sultan Langkat yang membantu membiayai kuliahnya mengharuskannya untuk sungguh-sungguh dalam mengemban ilmu dan harus meninggalkan gerakan nasionalis. Dalam kondisi terdesak Beliau produktif menerbitkan karya-karyanya dalam Pujangga baru, termasuk beberapa artikel tentang sastra timur.
Belanda semakin khawatir terhadap tindakan Amir yang semakin hari semakin kritis memberi pelawanan dan mempengaruhi rakyat untuk melakukan penolakan terhadap kolonial. Akhirnya jalan satu-satunya adalah mempengaruhi Sulatan Langkat untuk menarik kembali Amir Hamzah ke Langkat. Setibanya di Langakta Beliau diberitahu bahwa harus menikah dengan Putri tertua Sultan Langkat. Hati semakin terkikis habis cinta Soendari kandas dan Penyair muda itu tidak dapat menolak pernikahannya dengan Putri Sultan. Pernikahan taka diinginkanpun terjadi dan dikaruniai seorang anak bernama Tengkoe Tahoera. Dengan menikahi Putri Sulung Sultan Amir menjadi seorang pejabat keraton. Beliau sangat mahir dalam menangani masalah administrasi dan hukum. Tidak jarang Beliau sendiri yang menghakimi kasus-kasus pidana. Karena sibuk mengurusi Keraton, Amir hanya mampu memberikan sedikit korespondensi dengan teman-temannya di Jawa, namun puisi-puisinya sebagaian besar tetap dimuat dalam Pujangga Baru. Koleksi puisi pertamannya adalah Janji Suci (1937).
Kondisi Indonesia sekitar tahun 1940an membuat Amir harus terjun langsung dalam medan perang di wilayah Medan. Karena berada dalam pihak Belanda selama setahun Beliau menjadi tawanan Jepang. Pengaruh Sultan mempu membebaskannya dari belenggu Jepang, namun Beliau mendapatkan tugas baru untuk mengumpulkan beras dan memberi makan tentara Jepang. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 secara de facto dari Negara Indonesia yang baru lahir. Amir Hamzah menerima jabatan sebagai Bupati Langkat. Beliau membantu meresmikan Tentara Keamanan Rakyat.
Masa revolusi Nasional Indonesia sedang berkobar dan keadaan Indonesia kembali dirundung politik yang memilukan. Mulai terjadi beberapa kerusuhan yang dilakukan oleh beberapa rakyat jelata di daerah Langkat. hal tersebut disebabkan oleh revolusi sosial yang dipimpin oleh faksi-faksi dari partai komunis Indonesia dengan kukuh menentan feodalisme. Saai itu Amir di lucuti dan berhasil di tangkap oleh kelompok komunis. Amir berusaha diadili di daerah perkebunan sebelum masuk dalam lubang revolusi sosial, Amir Hamzah sempat menulis penggalan sajak tentang maut.
Wahai maut, datanglah engkau
Lepaskan aku dari nestapa
Padamu lagi tempatku berpaut
Disaaat ini gelap gulita
Siksaan yang dikalukan oleh faksi komunis membuat kondisi Amir semakin memburuk, sampai akhirnya Beliau menghembuskan nafas terakhir bersama dengan 26 tahanan lainnya pada 20 Maret 1946. Mulai saat itu banyak sastrawan mengkaji puisi-puisi melayu tradisional karya Amir Hamzah. Amir Hamzah seorang sastrawa sederhana namun menuh kritik pedas yang meninggal pada usia 35 tahun. Seorang pemimpin yang tak bersuara lantang dalam mengerahkan rakyat, namun seorang perasa, jiwanya mudah tergetar oleh keindahan alam, sendu gembira silih berganti, dan seluruh sajaknya bernafaskan kasih.
Komentar
Posting Komentar